Losipram

Kamis, 23 Juni 2011

Malang Tempo Dulu

SEJARAH KOTA MALANG
Daerah Malang merupakan peradaban tua yang tergolong pertama kali muncul dalam sejarah Indonesia yaitu sejak abad ke 7 Masehi. Peninggalan yang lebih tua seperti di Trinil (Homo Soloensis) dan Wajak - Mojokerto (Homo Wajakensis) adalah bukti arkeologi fisik (fosil) yang tidak menunjukkan adanya suatu peradaban. Peninggalan purbakala disekitar wilayah Kota Malang seperti Prasasti Dinoyo (760 Masehi), Candi Badut, Besuki, Singosari, Jago, Kidal dan benda keagamaan berasal dari tahun 1414 di Desa Selabraja menunjukkan Malang merupakan pusat peradaban selama 7 abad secara kontinyu.
Malang merupakan wilayah kekuasaan 5 dinasti yaitu Dewasimha / Gajayana (Kerajaan Kanjuruhan), Balitung / Daksa / Tulodong Wawa (Kerajaan Mataram Hindu), Sindok / Dharmawangsa / Airlangga / Kertajaya (Kerajaan Kediri), Ken Arok hingga Kertanegara (Kerajaan Singosari), Raden Wijaya hingga Bhre Tumapel 1447 - 1451 (Kerajaan Majapahit).
MASA KERAJAAN KANJURUHAN
Kerajaan Kanjuruhan menurut para ahli purbakala berpusat dikawasan Dinoyo Kota Malang sekarang. Salah satu bukti keberadaan Kerajaan Kanjuruhan ini adalah Prasasti Dinoyo yang saat ini berada di Museum Jakarta. Prasasti Dinoyo ditemukan di Desa Merjosari (5 Km. sebelah Barat Kota Malang), di kawasan Kampus III Universitas Muhammadiyah saat ini. Prasasti Dinoyo merupakan peninggalan yang unik karena ditulis dalam huruf Jawa Kuno dan bukan huruf Pallawa sebagaimana prasasti sebelumnya. Keistimewaan lain adalah cara penulisan tahun berbentuk Condro Sangkala berbunyi Nayana Vasurasa (tahun 682 Saka) atau tahun 760 Masehi. Dalam Prasasti Dinoyo diceritakan masa keemasan Kerajaan Kanjuruhan sebagaimana berikut :
o Ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Raja yang sakti dan bijaksana dengan nama Dewasimha
o Setelah Raja meninggal digantikan oleh puteranya yang bernama Sang Liswa
o Sang Liswa terkenal dengan gelar Gajayana dan menjaga Istana besar bernama Kanjuruhan
o Sang Liswa memiliki puteri yang disebut sebagai Sang Uttiyana
o Raja Gajayana dicintai para brahmana dan rakyatnya karena membawa ketentraman diseluruh negeri
o Raja dan rakyatnya menyembah kepada yang mulia Sang Agastya
o Bersama Raja dan para pembesar negeri Sang Agastya (disebut Maharesi) menghilangkan penyakit
o Raja melihat Arca Agastya dari kayu Cendana milik nenek moyangnya
o Maka raja memerintahkan membuat Arca Agastya dari batu hitam yang elok
Salah satu Arca Agastya ada di dalam kawasan Candi Besuki yang saat ini tinggal pondasinya saja. Bukti lain keberadaan Kerajaan Kanjuruhan adalah Candi Badut yang hingga kini masih cukup baik keadaannya serta telah mengalama renovasi dari Dinas Purbakala. Peninggalan lain adalah Patung Dewasimha yang berada di tengah Pasar Dinoyo saat ini.

MASA KERAJAAN MATARAM HINDU
Keturunan Dewasimha dan Gajayana mundur sejalan dengan munculnya dinasti baru di daerah Kediri yaitu Balitung, Daksa, Tulodong dan Wawa yang merupakan keturunan Raja Mataram Hindu di Jawa Tengah. Balitung (898 - 910) adalah Raja Mataram pertama yang menguasai Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dinasti ini memusatkan kekuasaannya di daerah Kediri yang lebih dekat ke Jawa Tengah dibandingkan dengan bekas pusat kekuasaan Kerajaan Kanjuruhan di Malang. Pada masa ini Malang hanyalah sebuah wilayah yang tidak begitu penting kedudukannya.
MASA KERAJAAN KEDIRI, DAHA DAN JENGGALA
Dinasti berikutnya yang menguasai Kediri setelah kemunduran Mataram Hindu adalah keturunan Sindok, Dharmawangsa, Airlangga dan terakhir Kertajaya (1216 - 1222). Pada masa ini pusat kekuasaan beralih ke Daha / Jenggala sedangkan daerah Malang menjadi sebuah wilayah setingkat Kadipaten yang maju dan besar terutama sebagai dalam bidang keagamaan dan perdagangan, dipimpin oleh seorang Akuwu.
MASA KERAJAAN SINGOSARI
Singosari dikenal sebagai salah satu kerajaan terbesar di tanah Jawa yang disegani diseluruh Nusantara dan manca negara. Singosari semula adalah sebuah Kadipaten dibawah kekuasaan Raja Kediri yaitu Kertajaya. Kadipaten tersebut bernama Tumapel dipimpin oleh Akuwu Tunggul Ametung yang kemudian direbut kedudukannya oleh Ken Arok Ken Arok kemudian mengembalikan pusat kekuasaan ke daerah Malang setelah Kediri ditaklukkan. Selama 7 generasi Kerajaan Singosari berkembang pesat hingga menguasai sebagian besar wilayah Nusantara. Bahkan Raja terakhir yaitu Kertanegara mempermalukan utusan Maharaja Tiongkok Kubhilai Khan yang meminta Singosari menyerahkan kekuasaannya.
Singosari jatuh ketangan Kediri ketika sebagian besar pasukan Kertanegara melakukan ekspedisi perang hingga ke Kerajaan Melayu dan Sriwijaya. Namun tidak lama kemudian pasukan Kediri berhasil dipukul mundur oleh keturunan Kertanegara yaitu Raden Wijaya yang kemudian dikenal sebagai pendiri Kerajaan Majapahit. Pada saat yang hampir bersamaan Raden Wijaya juga harus menghadapi serbuan dari armada Tiongkok yang menuntut balas atas perlakuan Raja Singosari sebelumnya (Kertanegara) terhadap utusannya. Armada Tiongkok inipun berhasil dikalahkan oleh Raden Wijaya berkat bantuan dari Penguasa Madura yaitu Arya Wiraraja.
MASA KERAJAAN MAJAPAHIT
Kerajaan Majapahit mencapai masa keemasan ketika dipimpin oleh Hayam Wuruk dengan patihnya Gajah Mada yang terkenal dengan Sumpah Palapa. Majapahit menaklukkan hampir seluruh Nusantara dan melebarkan sayapnya hingga ke seluruh Asia Tenggara. Pada masa ini daerah Malang tidak lagi menjadi pusat kekuasaan karena diduga telah pindah ke daerah Nganjuk. Menurut para ahli di Malang ditempatkan seorang penguasa yang disebut Raja pula.
Dalam Negara Kertagama dikisahkan Hayam Wuruk sebagai Raja Majapahit melakukan ziarah ke makam leluhurnya (yang berada disekitar daerah Malang), salah satunya di dekat makam Ken Arok. Ini menunjukkan bahwa walaupun bukan pusat pemerintahan namun Malang adalah kawasan yang disucikan karena merupakan tanah makam para leluhur yang dipuja sebagai Dewa. Beberapa prasasti dan arca peninggalan Majapahit dikawasan puncak Gunung Semeru (Telaga Ranu Gumbolo) dan juga di Gunung Arjuna menunjukkan bahwa kawasan Gunung Bromo - Tengger - Semeru serta Gunung Arjuna adalah tempat bersemayam para Dewa dan hanya keturunan Raja yang boleh menginjakkan kaki di wilayah tersebut. Bisa disimpulkan bahwa berbagai peninggalan tersebut merupakan rangkaian yang saling berhubungan walaupun terpisah oleh masa yang berbeda sepanjang 7 abad.
ASAL USUL NAMA KOTA MALANG
Nama Batara Malangkucecwara disebutkan dalam Piagam Kedu (tahun 907) dan Piagam Singhasari (tahun 908). Diceritakan bahwa para pemegang piagam adalah pemuja Batara (Dewa) Malangkucecwara, Puteswara (Putikecwara menurut Piagam Dinoyo), Kutusan, Cilahedecwara dan Tulecwara. Menurut para ahli diantaranya Bosch, Krom dan Stein Calleneis, nama Batara tersebut sesungguhnya adalah nama Raja setempat yang telah wafat, dimakamkan dalam Candi Malangkucecwara yang kemudian dipuja oleh pengikutnya, hal ini sesuai dengan kultus Dewa - Raja dalam agama Ciwa.
Nama para Batara tersebut sangat dekat dengan nama Kota Malang saat ini, mengingat nama daerah lain juga berkaitan dengan peninggalan di daerah tersebut misalnya Desa Badut (Candi Badut), Singosari (Candi Singosari). Dalam Kitab Pararaton juga diceritakan keeratan hubungan antara nama tempat saat ini dengan nama tempat di masa lalu misalnya Palandit (kini Wendit) yang merupakan pusat mandala atau perguruan agama. Kegiatan agama di Wendit adalah salah satu dari segitiga pusat kegiatan Kutaraja pada masa Ken Arok (Singosari - Kegenengan - Kidal - Jago : semuanya berupa candi).
Pusat mandala disebut sebagai panepen (tempat menyepi) salah satunya disebut Kabalon (Kebalen di masa kini). Letak Kebalen kini yang berada di tepi sungai Brantas sesuai dengan kisah dalam Pararaton yang menyebut mandala Kabalon dekat dengan sungai. Disekitar daerah Kebalen - Kuto Bedah - DAS Brantas banyak dijumpai gua buatan manusia yang hingga kini masih dipakai sebagai tempat menyepi oleh pengikut mistik dan kepercayaan. Bukti lain kedekatan nama tempat ini adalah nama daerah Turyanpada kini Turen, Lulumbang kini Lumbangsari, Warigadya kini Wagir, Karuman kini Kauman.
Pararaton ditulis pada tahun 1481 atau 250 tahun sesudah masa Kerajaan Singosari menggunakan bahasa Jawa Pertengahan dan bukan lagi bahasa Jawa Kuno sehingga diragukan sebagai sumber sejarah yang menyangkut pemerintahan dan politik. Penulisan Pararaton sudah . Namun pendekatan yang dipakai para ahli dalam menyelidiki asal usul nama Kota Malang didasarkan pada asumsi bahwa nama tempat tidak akan jauh berubah dalam kurun waktu tersebut. Hal ini bisa dibuktikan antara lain dari nama Kabalon (tempat menyepi) ternyata juga disebutkan dalam Negara Kertagama. Dalam kitab tersebut dikisahkan bahwa puteri mahkota Hayam Wuruk yaitu Kusumawardhani (Bhre Lasem) sebelum menggantikan ayahnya terlebih dahulu menyepi di di Kabalon dekat makam leluhurnya yaitu Ken Arok atau Rangga Rajasa alias Cri Amurwabumi. Makam Ken Arok tersebut adalah Candi Kegenengan.
Namun istilah Kabalon hanya dikenal dikalangan bangsawan, hal inilah yang menyebabkan istilah Kabalon tidak berkembang. Rakyat pada masa itu tetap menyebut dan mengenal daerah petilasan Malangkucecwara dengan nama Malang hingga diwariskan pada masa sekarang.
MASA KOLONIAL
Setelah kemunduran Kerajaan Majapahit yang terdesak oleh Kerajaan Mataram Islam, daerah Malang semakin ditinggalkan bahkan dijauhi karena kultus Dewa - Raja dan agama Hindu bertentangan dengan ajaran Islam. Peninggalan peradaban Hindu - Ciwa tidak lagi diperhatikan karena sisa pengikut Kerajaan Majapahit yang memeluk agama Hindu Ciwa menyingkir ke daerah Tengger dan keturunannya dikenal sebagai masyarakat Tengger sekarang.
Kedatangan bangsa kulit putih antara lain Portugis, Belanda dan Inggris pada akhirnya mengakibatkan kemunduran Kerajaan mataram sehingga Nusantara jatuh kedalam masa penjajahan. Dalam masa pertengahan penjajahan menurut Buku History of Java karangan Gubernur Jenderal Raffles (1812), Malang merupakan daerah perkebunan dibawah Kabupaten Pasuruan. Malang berkembang pesat setelah ada jalur kereta api dan dibukanya berbagai perkebunan terutama tebu untuk industri gula. Sampai saat ini dua pabrik gula peninggalan kolonial masih beroperasi yaitu PG. Krebet Baru dan PG. Kebon Agung.
MASA KEMERDEKAAN
Pada masa sesudah Proklamasi Kemerdekaan di Malang didirikan Pemerintah Daerah Sementara dan pada masa Perang Kemerdekaan (Clash I 1947 dan Clash II 1949) daerah Malang menjadi basis perjuangan baik politis maupun gerilya. Berbagai pasukan antara lain TGP (Tentara Genio Pelajar) dan pasukan Hamid Rusdi sangat terkenal dengan kegigihan dan keberaniannya. Salah satu pertempuran dahsyat dalam mempertahankan Kota Malang yang selalu dikenang adalah front Jalan Salak (kini Jalan Pahlawan Trip). Pada saat itu gugur 35 orang anggota Brigade 17 Detasemen I Trip Jawa Timur. Di bekas lokasi pertempuran tersebut kini didirikan Monumen dan Makam Pahlawan Trip . Makam Pahlawan yang lain terletak di Jalan Veteran tidak jauh dari Jalan Pahlawan Trip.
MASA ORDE LAMA
Pergolakan politis pada akhir masa Orde Lama juga terjadi di Malang karena aktifitas PKI / Komunis cukup banyak mempengaruhi masyarakat terutama golongan pemuda. Terjadi rapat2 umum, demonstrasi, kerusuhan dan bentrokan fisik antara pendukung Komunis dengan pendukung Pancasila, salah satunya yang terkenal adalah penyerbuan Gedung Sarinah sekarang. Akhirnya kelompok Komunis dapat dikalahkan dan melarikan diri ke daerah Blitar sehingga dilakukan operasi militer Sandhi Yudha yang mengakhiri petualangan Komunis di Indonesia.
MASA ORDE BARU
Kota Malang berkembang pesat pada masa Orde Baru berkat perkembangan perekonomian yang semakin baik dan semangat masyarakat yang kuat untuk meraih hari depan yang lebih baik. Berbagai kegiatan pembangunan di segala bidang terus dilakukan dan memberikan hasil yang memuaskan.
MASA REFORMASI
Malang sebagai Kota Pendidikan juga menjadi salah satu barometer aksi yang menggulirkan reformasi. Ribuan Pelajar dan Mahasiswa turun ke jalan untuk memperjuangkan hak rakyat dan prinsip demokrasi hingga berhasil. Dan perjuangan terus dilanjutkan di daerah antara lain dengan mengupayakan pemilihan Pimpinan Daerah (Walikota) yang demokratis

Kota malang seperti kota-kota lain di Indonesia pada umumnya baru tumbuh dan berkembang setelah hadirnya pemerintah kolonial Belanda. Fasilitas umum di rencanakan sedemikian rupa agar memenuhi kebutuhan keluarga Belanda. Kesan diskriminatif itu masih berbekas hingga sekarang. Misalnya Ijen Boulevard kawasan sekitarnya. hanya dinikmati oleh keluarga- keluarga Belanda dan Bangsa Eropa lainnya, sementara penduduk pribumi harus puas bertempat tinggal di pinggiran kota dengan fasilitas yang kurang memadai. Kawasan perumahan itu sekarang bagai monumen yang menyimpan misteri dan seringkali mengundang keluarga-keluarga Belanda yang pernah bermukim disana untuk bernostalgia.

Pada Tahun 1879, di Kota Malang mulai beroperasi kereta api dan sejak itu Kota Malang berkembang dengan pesatnya. Berbagai kebutuhan masyarakatpun semakin meningkat terutama akan ruang gerak melakukan berbagai kegiatan. Akibatnya terjadilah perubahan tata guna tanah, daerah yang terbangun bermunculan tanpa terkendali. Perubahan fungsi lahan mengalami perubahan sangat pesat, seperti dari fungsi pertanian menjadi perumahan dan industri.

Sejalan perkembangan tersebut di atas, urbanisasi terus berlangsung dan kebutuhan masyarakat akan perumahan meningkat di luar kemampuan pemerintah, sementara tingkat ekonomi urbanis sangat terbatas, yang selanjutnya akan berakibat timbulnya perumahan-perumahan liar yang pada umumnya berkembang di sekitar daerah perdagangan, di sepanjang jalur hijau, sekitar sungai, rel kereta api dan lahan-lahan yang dianggap tidak bertuan. Selang beberapa lama kemudian daerah itu menjadi perkampungan, dan degradasi kualitas lingkungan hidup mulai terjadi dengan segala dampak bawaannya. Gejala-gejala itu cenderung terus meningkat, dan sulit dibayangkan apa yang terjadi seandainya masalah itu diabaikan.

Sekilas Sejarah Pemerintahan
1. Malang merupakan sebuah Kerajaan yang berpusat di wilayah Dinoyo, dengan rajanya Gajayana.
2. Tahun 1767 Kompeni memasuki Kota
3. Tahun 1821 kedudukan Pemerintah Belanda di pusatkan di sekitar kali Brantas
4. Tahun 1824 Malang mempunyai Asisten Residen
5. Tahun 1882 rumah-rumah di bagian barat Kota di dirikan dan Kota didirikan alun-alun di bangun.
6. 1 April 1914 Malang di tetapkan sebagai Kotapraja
7. 8 Maret 1942 Malang diduduki Jepang
8. 21 September 1945 Malang masuk Wilayah Republik Indonesia
9. 22 Juli 1947 Malang diduduki Belanda
10. 2 Maret 1947 Pemerintah Republik Indonesia kembali memasuki Kota Malang.
11. 1 Januari 2001, menjadi Pemerintah Kota Malang.


GELAR YANG DISANDANG KOTA MALANG
1. Paris of Java

Karena kondisi alamnya yang indah, iklimnya yang sejuk dan kotanya yang bersih, bagaikan kota “PARIS” nya Jawa Timur.
2. Kota Pesiar

Kondisi alam yang elok menawan, bersih, sejuk, tenang dan fasilitas wisata yang memadai merupakan ciri-ciri sebuah kota tempat berlibur
3. Kota Peristirahatan

Suasana Kota yang damai sangat sesuai untuk beristirahan, terutama bagi orang dari luar kota Malang, baik sebagai turis maupun dalam rangka mengunjungi keluarga/famili.
4. Kota Pendidikan

Situasi kota yang tenang, penduduknya ramah, harga makanan yang relatif murah dan fasilitas pendidikan yang memadai sangat cocok untuk belajar/menempuh pendidikan.
5. Kota Militer

Terpilih sebagai kota Kesatrian. Di Kota Malang ini didirikan tempat pelatihan militer, asrama dan mess perwira disekitar lapangan Rampal., dan pada jaman Jepang dibangun lapangan terbang “Sundeng” di kawasan Perumnas sekarang.
6 Kota Sejarah

Sebagai kota yang menyimpan misteri embrio tumbuhnya kerajaan-kerajaan besar, seperti Singosari, Kediri, Mojopahit, Demak dan Mataram. Di Kota Malang juga terukir awal kemerdekaan Republik bahkan Kota Malang tercatat masuk nominasi akan dijadikan Ibukota Negara Republik Indonesia.
7. Kota Bunga

Cita-cita yang merebak dihati setiap warga kota senantiasa menyemarakkan sudut kota dan tiap jengkal tanah warga dengan warna warni bunga.
PENDUDUK DAN SOSIOLOGI


Komposisi
Etnik Masyarakat Malang terkenal religius, dinamis, suka bekerja keras, lugas dan bangga dengan identitasnya sebagai Arek Malang (AREMA). Komposisi penduduk asli berasal dari berbagai etnik (terutama suku Jawa, Madura, sebagian kecil keturunan Arab dan Cina)

Agama
Masyarakat Malang sebagian besar adalah pemeluk Islam kemudian Kristen, Katolik dan sebagian kecil Hindu dan Budha. Umat beragama di Kota Malang terkenal rukun dan saling bekerja sama dalam memajukan Kotanya. Bangunan tempat ibadah banyak yang telah berdiri semenjak jaman kolonial antara lain Masjid Jami (Masjid Agung), Gereja (Alun2, Kayutangan dan Ijen) serta Klenteng di Kota Lama. Malang juga menjadi pusat pendidikan keagamaan dengan banyaknya Pesantren dan Seminari Alkitab yang sudah terkenal di seluruh Nusantara

Seni Budaya
Kekayaan etnik dan budaya yang dimiliki Kota Malang berpengaruh terhadap kesenian tradisonal yang ada. Salah satunya yang terkenal adalah Tari Topeng, namun kini semakin terkikis oleh kesenian modern. Gaya kesenian ini adalah wujud pertemuan gaya kesenian Jawa Tengahan (Solo, Yogya), Jawa Timur-Selatan (Ponorogo, Tulungagung, Blitar) dan gaya kesenian Blambangan (Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Banyuwangi). Untuk mengetahui lebih jauh tentang daerah2 lain disekitar Kota malang silahkan kunjungi : Daerah Sekitar Kota Malang

Bahasa
Bahasa Jawa dialek Jawa Timuran dan bahasa Madura adalah bahasa sehari-hari masyarakat Malang. Dikalangan generasi muda berlaku dialek khas Malang yang disebut 'boso walikan' yaitu cara pengucapan kata secara terbalik, contohnya : seperti Malang menjadi Ngalam. Gaya bahasa di Malang terkenal kaku tanpa unggah-ungguh sebagaimana bahasa Jawa kasar umumnya. Hal menunjukkan sikap masyarakatnya yang tegas, lugas dan tidak mengenal basa-basi

Pendatang
Kebanyakan pendatang adalah pedagang, pekerja dan pelajar / mahasiswa yang tidak menetap dan dalam kurun waktu tertentu kembali ke daerah asalnya. Sebagian besar berasal dari wilayah disekitar Kota Malang untuk golongan pedagang dan pekerja. Sedang untuk golongan pelajar / mahasiswa banyak yang berasal dari luar daerah (terutama wilayah Indonesia Timur) seperti Bali, Nusa Tenggara, Timor Timur, Irian Jaya, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan.







MALANG TEMPO DOELOE
Pembukaan Festival Malang Kembali VI
Berbagai sajian tradisi yang menggambarkan kondisi “Malang Tempo Doeloe” ditampilkan dalam Festival Malang Kembali VI yang resmi dibuka Kamis, 19 Mei 2011 oleh Wagub Jawa Timur Saifullah Yusuf dan Walikota Malang Drs. Peni Suparto, M.AP. Mulai dari stand bergaya kuno, kendaraan antik, busana tempo dulu, hingga sajian kuliner masa lampau disajikan dalam Festival Malang Kembali ini.
Dishub Perketat Aturan Parkir pada Festival Malang Kembali 2011
Terkait sorotan DPRD kota Malang mengenai minimnya pemasukan parkir pada even Malang Kembali (MK) pada tahun 2010, Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang akan lebih mengetatkan lagi tentang aturan maupun tarif yang berlaku saat penyelenggaraan even tahunan Kota Malang yang diadakan di sepanjang Jalan Besar Ijen tersebut.
Sebagaimana dikatakan oleh salah satu anggota Komisi D DPRD Kota Malang, Sutiaji beberapa waktu lalu, bahwa pemasukan dari sektor parkir Malang Kembali tahun 2010 dibawah Rp 10 juta. Menurut politisi PKB itu, seharusnya pemasukan dari parkir bisa lebih dari 10 juta, karena pengunjung Malang Kembali sangat tinggi setiap tahunnya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dishub Kota Malang, M. Yusuf akan melakukan sosialisasi mengenai tarif parkir saat penyelenggaraan Malang Kembali yang akan digelar sejak tanggal 19 Mei hingga 22 Mei 2011 itu. Dishub akan memasang spanduk yang bertuliskan tarif parkir untuk sepeda motor Rp 1000 dan mobil Rp 2000. Spanduk tersebut di pasang di beberapa titik parkir, agar tidak ada pelanggaran tarif parkir yang dilakukan oleh petugas juru parkir. Juga akan menyediakan posko pengaduan jika ada pelanggaran mengenai tarif parkir tersebut.
Lebih lanjut, mantan Kepala Bagian Humas Pemkot Malang ini memaparkan, untuk petugas parkir yang resmi akan diberikan tanda pengenal atau ID card yang harus selalu dipakai saat menjalankan tugas parkir.
Malang Kembali Bukan Pasar Malam
Melestarikan dan mengenang kembali budaya tempo dulu yang merupakan warisan nenek moyang bisa dilakukan dengan beragam cara. Diantaranya yaitu bisa dengan mengadakan festival sebagaimana dilakukan Pemkot Malang yang bekerja sama dengan Yayasan Inggil dan PT Bakrie Telecom, berupa Malang Kembali atau yang lebih dikenal Malang Tempoe Doeloe.
Gelaran yang dimotori oleh tiga institusi ini akan dihelat mulai 19-22 Mei 2011 di Jalan Besar Ijen Malang sepanjang 2 km. Adapun tema yang diusung pada penyelenggaraaan Malang Kembali ke-6 pada tahun 2011 ini yaitu “Discovering Heritage“. Ini untuk mengenang dan melestarikan budaya Malang tempo dulu. Selain itu, momen ini juga untuk memberikan hiburan kepada warga Malang dan sekitarnya.
Malang Tempoe Doeloe yang keenam kalinya ini untuk mengenang masyarakat maupun gaya hidup warga Malang tempo dulu. mulai dari makanan khas, tradisi budaya, maupun model-model atau cara berpakaiannya. Makanya, banyak lembaga dari berbagai negara dan daerah lain minta diundang. Seperti dari Australia, Amerika, Belanda, dan dari luar daerah, seperti Lampung, Aceh, Padang, Jakarta, Jogjakarta, Semarang, Sulawesi, Bengkulu dan sebagainya.
Banyaknya minat masyarakat dari luar daerah. Kunjungan wisatawan terkait dengan Tempo Doeloe ini memang memberikan kontribusi yang sangat signifikan saat menjelang maupun setelah penyelenggaraan. Itu tidak hanya berdampak pada jumlah kunjungan wisatawan ke Malang, namun juga terhadap Pendapatan Asli daerah.
Banyak institusi maupun pribadi dari luar Malang mengingatkan untuk diundang. Juga mengundang Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Kementerian Komunikasi dan Informatika, beberapa kepala daerah jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan Malang Kembali ini. Tujuan mereka untuk melakukan studi banding dan juga ingin tahu Malang pada zaman dahulu seperti apa.
Dengan mengusung tema Discovery Heritage, banyak sekali pesan-pesan yang bisa digali dan dilestarikan di masa yang akan datang seperti halnya tentang pendidikan budi pekerti dan penemuan jati diri seseorang. Sejak zaman majapahit sampai saat ini nilai-nilai budi pekerti itu sangat dibutuhkan dan tetap relevan. Misalnya saja tradisi orang Jawa, Mitoni atau tata cara menikah, masih digunakan oleh masyarakat kita saat ini. Begitu juga dengan nilai-nilai pendidikan, yang sejak dulu Kota Malang merupakan kota pendidikan.
Nantinya kita akan mengulas dan menampilkan secara detail seputar benteng Kerajaan Majapahit zaman dahulu yang ada di Kota Malang. Perlu diketahui bahwa benteng tersebut sekarang sudah menjadi Rumah Sakit Syaiful Anwar Malang. Kami juga menghimbau kepada para pengunjung untuk mengenakan busana tempo dulu saat akan datang dan melihat gelaran Malang Kembali itu nantinya. Dengan demikian, maka akan benar-benar tercipta nuansa tempo dulu-nya, dan tidak terkesan seperti pasar malam
Disbudpar Perketat Aturan Festival Malang Tempo Dulu
Festival Malang kembali (FMK) atau Malang tempo dulu dilaksanakan sejak tanggal 19 Mei hingga 22 Mei di sepanjang jalan Ijen Kota Malang.
Peminat Malang kembali ini sangat tinggi dan panitia sudah menerima peserta hingga 1000 lebih. Dan dari semua pendaftar itu akan diambil sebanyak 500 peserta Untuk tahun 2011 ini panitia mengusung tema Discovery Heritage, yakni menggali nilai-nilai budaya pada jaman Kerajaan Majapahit yang sampai saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat Malang. Segala sesuatu yang ditampilkan nantinya akan berhubungan dengan budaya Kerajaan Majapahit, sehingga masyarakat tahu mengenai sejarah Majapahit.
Bagi peserta yang lolos seleksi hendaknya mengikuti tema yang diusung panitia, baik desain stan maupun yang diperjualbelikan. Panitia akan lebih memperketat aturan pelaksanaannya untuk tahun ini, artinya peserta harus menunjukkan kekhasan tempo dulu, seperti pakaian, topi, kopyah, makanan, dan lain sebagainya.
Penutupan Malang Kembali – Pengunjung Capai 600 ribu
Pelaksanaan gelaran Malang Kembali ke-6 yang dihelat di sepanjang Jalan Ijen sejak 19-22 Mei berlangsung sukses dan salah satu agenda tahunan Pemkot Malang ini pada pukul 20.00 WIB resmi ditutup oleh Walikota Malang, Drs. Peni Suparto, M.AP. Nampak hadir pada acara penutupan ini di kursi undangan, para kepala SKPD, jajaran DPRD, keluarga besar TP PKK, Dharma Wanita dan pejabat tinggi lainnya.
Pengunjung Malang Kembali kali ini sangat antusias dan ini terbukti dengan jumlah pengunjung yang mencapai 600 ribu dalam setiap harinya. Pengunjung Malang Kembali ini tidak hanya berasal dari Malang raya saja, tetapi juga banyak yang dari luar Malang. Sehingga dengan tingginya jumlah pengunjung ini, gelaran Malang Kembali sangat menghibur dan berguna bagi masyarakat.
Selama 4 hari pelaksanaan Malang Kembali ini, juga diperoleh data bahwa uang yang berputar atau beredar di sepanjang 2 km Jalan Besar Ijen mencapai 6 miliar. Kami memperoleh data tersebut berdasarkan angket yang kami sebar ke 500 stan yang mengikuti Festival Malang Kembali. Karena antusiasme pengunjung tinggi, para peserta juga menginginkan agar pelaksanaan Malang Kembali bisa diperpanjang pada pelaksanaan berikutnya.
Untuk mewadahi para para seniman, Pemkot Malang atau pihak terkait lainnya perlu mewadahi lagi potensi mereka dan tidak hanya diadakan acara seperti Malang Kembali saja. Banyak sekali makanan atau jajanan serta berbagai kesenian khas Indonesia yang hampir punah, sehingga perlu perhatian khusus dari pemerintah.
Penyelenggaraan Malang Kembali ini juga sebagai pembelajaran kepada generasi muda tentang sejarah. Sejarah Malang sangat luas dan berawal dari Kediri, sehingga dibutuhkan pembelajaran yang intens untuk bisa mengetahui sejarah Malang secara detail. Malang mempunyai banyak kesenian dan budaya yang harus kita jaga, seperti Topeng Malangan, wayang kulit, dan lain sebagainya,
Kita juga harus bangga terhadap para pendahulu kita, karena mereka merupakan para jagoan-jagoan yang patut dibanggakan. Siapa yang jagoan saat itu, maka ialah yang akan menjadi pemenang atau pemimpin. Oleh sebab itulah, diharapkan dari kota Malang akan bermunculan jagoan-jagoan baru yang dapat diandalkan.
Harus ada wadah atau sarana yang lebih menunjang terkait pelaksanaan Malang Kembali ini, sehingga pembelajaran atau pengenalan sejarah tidak hanya sebatas Kota Malang saja. Secara keseluruhan gelaran ini sangat bagus, terutama adanya lomba pidato Bahasa Jawa dan kidungan jula-juli yang digelar oleh Dinas Pendidikan Kota Malang. Dengan demikian, akan semakin menumbuhkan kecintaan para generasi muda terhadap seni dan budaya daerah kita, yaitu Jawa.
Pada penutupan Festival Malang Kembali yang ke-6 ini juga diserahkan penghargaan kepada 3 orang pemenang lomba fotografi, dan 3 pemenang stan terbaik. Pemenang stan terbaik ini mendapat hadiah berlibur ke Pulau Bali, handphone dari Esia dan hadiah menarik lainnya dari panitia.
Acara penutupan juga dimeriahkan oleh musik perkusi yang disajikan oleh Sanggar Santri Sapu Jagad. Grup musik perkusi ini merupakan wakil Asean dalam perlombaan musik perkusi yang diikuti oleh 120 negara beberapa waktu lalu. Dari 120 negara itu dipilih 12 negara dari Asean dan India. Sanggar Santri Sapu Jagad adalah grup perkusi Indonesia yang mewakili Asean.
Dengan mengenakan busana dari karung goni dan hentakan musiknya yang sangat indah, membuat para tamu undangan terkesima, terutama Walikota Malang dan tamu undangan lainnya di kursi VIP. Acara penutupan Malang Kembali ini diakhiri dengan pergelaran wayang kulit semalam suntuk yang mengambil judul Wahyu Kalimosodo.




















KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat serta Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Laporan ini kami buat untuk memberikan pengetahuan agar kebudayaan-kebudayaan kota Malang dapat diketahui dan dilestarikan. Dalam penyusunan laporan ini kami banyak dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada :
a. Ibu Dra. Sunarti M.M, selaku kepala SMK NEGERI 1 MALANG
b. Ibu Dra. Hj. Anita Sri Utami selaku kapala program keahlian akuntansi
c. Ibu Mudji Rahadju,S.Pd selaku wali kelas XI AK 1
d. Ibu Sri Wahyuni,S.Pd selaku guru pembimbing
e. Dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu
Kami juga menyadari dalam penyusunan laporan ini terdapat banyak kesalahan. Untuk itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca.








Malang, 26 Mei 2011


Penyusun




PENUTUP
KESIMPULAN
Malang merupakan wilayah kekuasaan 5 dinasti yaitu Dewasimha / Gajayana (Kerajaan Kanjuruhan), Balitung / Daksa / Tulodong Wawa (Kerajaan Mataram Hindu), Sindok / Dharmawangsa / Airlangga / Kertajaya (Kerajaan Kediri), Ken Arok hingga Kertanegara (Kerajaan Singosari), Raden Wijaya hingga Bhre Tumapel 1447 - 1451 (Kerajaan Majapahit).
Malang memiliki banyak cerita sejarah dan kebudayaan yang perlu dilestarikan. Untuk melestarikan itu semua salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan dilaksanakannya Malang Tempo Doeloe.


SARAN

a. Sebagai generasi muda kita harus aktif dalam upaya pelestarian budaya Malang
b. Kita harus bangga dengan kebudayaan yang kita miliki, agar kebudayaan tersebut dapat tetep lestari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar